TUGAS
MAKALAH            
PERKEMBANGAN PENDUDUK
INDONESIA
                        NAMA                        :
Eko Budi Prasetyo
                        KELAS                       :
2IB04
                        NPM                           :
12415155
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2016
2016
KATA PENGANTAR 
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat-NYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa saya juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan teman-teman dan
guru pembimbingan Bpk. Andi Asnur Pranata Muhibah Hadmar.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih lagi
Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Bekasi,
November 2016
                                                                                                                   
Penyusun
(Eko Budi Prasetyo)
BAB I
PENDAHULUAN
1)          Latar Belakang
Laju pertumbuhan penduduk merupakan
permasalahan krusial yang dihadapi oleh negara-negara berkembang di dunia,
khususnya negara-negara berpenduduk besar dan padat sperti Indonesia. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan data dasar yang diperoleh mengenai jumlah
kelahiran, sehingga diperlukan berbagai upaya yang berkesinambungan untuk
menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Indonesia sebagai suatu negara yang
sedang berkembang dengan penduduk terbesar nomor empat di dunia, juga menghadapi
persoalan yang serupa.
Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia
senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari hasil sensus penduduk
2010, Indonesia menunjukkan gejala ledakan penduduk. Jumlah penduduk Indonesia
tahun 2010 tercatat 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan 1,49 persen
pertahun, sementara pada tahun 2008 masih tercatat 288,53 juta jiwa. Laju
pertumbuhan penduduk ini jika tetap pada angka itu, pada 2045 jumlah penduduk
Indonesia diperkirakan mencapai 450 juta jiwa. Peningkatan penduduk yang tinggi
ini akan mengakibatkan permasalahan jika tidak dikendalikan (BKKBN, 2010).
Definisi dari laju pertumbuhan penduduk
itu sendiri adalah Angka yang menunjukan tingkat pertambahan penduduk pertahun
dalam jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan sebagai persentase dari
penduduk dasar. Laju pertumbuhan penduduk dapat dihitung menggunakan tiga
metode, yaitu aritmatik, geometrik, dan eksponesial. Metode yang paling sering
digunakan di BPS adalah metode geometrik.
2)          Maksud dan Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
agar kita dapat memahami bagaimana perkembangan pertumbuhan penduduk di
Indonesia saat ini serta dampak dari pertumbuhan penduduk itu terhadap berbagai
bidang.
3)          Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup masalah yang akan
dibahas pada makalah kali ini sebagai berikut:
a.   
Landasan Perkembangan Penduduk Indonesia
b.   
Pertambahan Penduduk dan Lingkungan Pemukiman
c.   
Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat Pendidikan
d.  
Petumbuhan Penduduk dan Penyakit yang Berkaitan dengan Lingkungan Hidup
e.   
Pertumbuhan Penduduk dan Kelaparan
f.    
Kemiskinan dan Keterbelakangan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1     
Landasan Perkembangan Penduduk Indonesia
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan
populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah
individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit" untuk
pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi
selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan
demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada
perubahan penduduk dunia.
Maka yang melandasi perkembangan
penduduk di Indonesia adalah banyaknya kelahiran di bandingkan dengan kematian
dan banyaknya imigran dari desa ke kota yang menumpuknya manusia di kota dan
sedangkan yang di desa berkurang. Banyaknya imigran dari desa ke kota
dikarenakan dikitnya atau kurangnya lapangan pekerjaan dibandingkan dengan di
kota-kota yang membuat orang desa mencari makan di kota dan menyebabkan banyaknya
atau menumpuknya orang di kota.
Perkembangan penduduk di Indonesia
dikarenakan banyaknya atau meningkatnya data kelahiran per hari di bandingkan
data kematian per hari yang mengakibatnya banyaknya kehidupan tidak sebanding
banyaknya kematian yang mengakibatkan penumpukan atau pertambahan penduduk di
Indonesia semakin tahun semakin bertambah
Hasil sensus penduduk 2010 tercatat
237,6 juta jiwa sebagai bukti pertumbuhan penduduk Indonesia 5 tahun lebih
cepat dari proyeksi BPS. Karena proyeksi semula, tahun 2010 baru berjumlah
234,2 juta dan tahun 2015 berkisar 237,8 juta jiwa. Kenyataannya, tahun 2010
penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa.
Demikian diungkapkan direktur Jaminan
dan Pelayanan KB, BKKBN Pusat, Setia Edi dalam acara peringatan Hari
Kontrasepsi Sedunia di Jakarta, yang dirilis bkkbn.co.id, Sabtu (25/9/2010). Ia
mengingatkan, jika program KB diabaikan maka pertumbuhan penduduk Indonesia tak
terkendali.
"Pengnedalian penduduk harus
menjadi prioritas. Apalagi kesehatan dan usia harapan hidup meningkat sehingga
tanpa pengendalian rawan terjadi ledakan jumlah penduduk. Jumlah penduduk 237,6
juta mendekati proyeksi BPS untuk jumlah penduduk tahun 2015 yakni 237,8 juta
jiwa. Angka itu sudah tercapai sekarang. Dengan melencengnya proyeksi itu,
jumlah penduduk diperkirakan 264,4 juta tahun 2015," ujar dia.
Pemerintah mempunyai target baru. Pada
2014 ditargetkan angka fertilitas total (angka kelahiran/TFR) 2,1 dan pengguna
kontrasepsi 65 persen. Saat ini TFR 2,3 dan pengguna kontrasepsi 61,4 persen.
Selain itu ditargetkan empat tahun ke depan 'unmeet need' 5 persen dan usia
kawin pertama 21 tahun.
Kendala program KB adalah otonomi daerah
yang mengakibatkan keterputusan koordinasi dan implementasi program secara
luas. Tidak semua daerah mempunyai struktur yang khusus mengurusi KB. Di tengah
perubahan itu fungsi petugas penyuluh lapangan KB (PLKB) juga tergerus karena
kurang dukungan. Padahal PLKB penting untuk mengedukasi dan memberikan
konseling sehingga masyarakat dapat merencanakan keluarga dengan baik dan
rasional.
2.2     
Pertambahan Penduduk dan Lingkungan Pemukiman
Penataan ruang tidak lagi semata
menjembatani kepentingan ekonomi dan sosial. Lebih jauh dari kedua hal itu
(ekonomi dan sosial), penataan ruang telah berubah orientasinya pada aspek yang
benar-benar berpihak untuk kepentingan lingkungan hidup, sebagai konsekuensi
keikut-sertaan Indonesia pada upaya menekan pemanasan global. Dalam UU No. 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, telah ditegaskan mengenai tujuan
penyelenggaraan penataan ruang yaitu mewujudkan ruang wilayah nasional yang
aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan, serta menciptakan keharmonisan
antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.
Keterpaduan dalam penggunaan sumber daya
alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; serta
perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan
akibat pemanfaatan ruang.
Penataan ruang yang berpihak pada
lingkungan hidup perlu ditegakkan bersama karena sebelumnya, logika penataan ruang
yang hanya mengikuti selera pasar, dalam kenyataan telah mengancam
keberlanjutan. Hal ini dapat dicermati dari keberadaan lahan-lahan produktif
dan kawasan buffer zone berada dalam ancaman akibat konversi lahan secara
besar-besaran untuk kepentingan penyediaan lahan yang mempunyai land rent
tinggi seperti peruntukan lahan untuk permukiman, industri, perdagangan serta
pusat-pusat perbelanjaan. Diperkirakan sekitar 15 ribu – 20 ribu ha per tahun
lahan pertanian beririgasi beralih fungsi menjadi lahan non pertanian, serta
tidak sedikit kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) terdegradasi. Berdasarkan data
(Bappenas, 2002) terdapat sekitar 62
Daerah Aliran Sungai (dari 470 Daerah
Aliran Sungai) terdegradas akibat dari penebangan hutan yang tidak terkendali
dari hulu sungai. Tekanan lingkungan lainnya adalah menyangkut laju urbanisasi
yang akan tumbuh sekitar 4,4 persen per tahun. Oleh karena itu diperkirakan,
pada tahun 2025 nanti terdapat sekitar 60 persen penduduk Indonesia (167 juta
orang) berada di perkotaan. Bila penataan ruang tidak mengikuti logika
pembangunan keberlanjutan, maka dapat dipastikan bahwa kota-kota besar yang
telah berkembang saat ini akan selalu berada tekanan social yang sangat tinggi.
Dilihat dari perspektif ekologis bahwa pertumbuhan penduduk yang cepat dapat
berdampak kepada meningkatnya kepadatan penduduk, sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan mutu lingkungan secara menyeluruh. Menurut Soemarwoto
(1991:230-250) bahwa secara rinci dampak kepadatan penduduk sebagai akibat laju
pertumbuhan penduduk yang cepat terhadap kelestarian lingkungan adalah sebagai
berikut:
(1)  
Meningkatnya limbah rumah tangga sering disebut dengan limbah domestik.
Dengan naiknya kepadatan penduduk berarti jumlah orang persatuan luas
bertambah. Karena itu jumlah produksi limbah persatuan luas juga bertambah.
Dapat juga dikatakan di daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, terjadi
konsentrasi produksi limbah.
(2)  
Pertumbuhan penduduk yang terjadi bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi
dan teknologi yang melahirkan industri dan sistem transport modern. Industri
dan transport menghasilkan berturut-turut limbah industri dan limbah transport.
Di daerah industri juga terdapat kepadatan penduduk yang tinggi dan transport
yang ramai. Di daerah ini terdapat produksi limbah domsetik, limbah industri
dan limbah transport.
(3)  
Akibat pertambahan penduduk juga mengakibatkan peningkatan kebutuhan
pangan. Kenaikan kebutuhan pangan dapat dipenuhi dengan intensifikasi lahan
pertanian, antara lain dengan mengunakan pupuk pestisida, yang notebene
merupakan sumber pencemaran. Untuk masyarakat pedesaan yang menggantungkan
hidupnya pada lahan pertanian, maka seiring dengan pertambahan penduduk,
kebutuhan akan lahan pertanian juga akan meningkat. Sehingga ekploitasi hutan
untuk membuka lahan pertanian baru banyak dilakukan. Akibatnya daya dukung
lingkungan menjadi menurun. Bagi mereka para peladang berpindah, dengan
meningkatnya pertumbuhan penduduk yang sedemikian cepat, berarti menyebabkan
tekanan penduduk terhadap lahan juga meningkat. Akibatnya proses pemulihan
lahan mengalami percepatan. Yang tadinya memakan waktu 25 tahun, tetapi dengan
semakin meningkatnya tekanan penduduk terhadap lahan maka bisa berkurang
menjadi 5 tahun. Saat dimana lahan yang baru ditinggalkan belum pulih kesuburannya.
(4)  
Makin besar jumlah penduduk, makin besar kebutuhan akan sumber daya.
Untuk penduduk agraris, meningkatnya kebutuhan sumber daya ini terutama lahan
dan air. Dengan berkembangnya teknologi dan ekonomi, kebutuhan akan sumber daya
lain juga meningkat, yaitu bahan bakar dan bahan mentah untuk industri. Dengan
makin meningkatnya kebutuhan sumber daya itu, terjadilah penyusutan sumber
daya. Penyusutan sumber daya berkaitan erat dengan pencemaran. Makin besar
pencemaran sumber daya, laju penyusunan makin besar dan pada umumnya makin
besar pula pencemaran.
Tingkat laju pertumbuhan Indonesia dalam
beberapa tahun ke depan bukan mustahil akan menyalip Amerika Serikat. Jumlah
penduduk Indonesia saat ini mencapai 227 juta jiwa, sedangkan penduduk AS berjumlah
315 juta jiwa. Dari hasil survei, pertumbuhan penduduk Indonesia per tahun
bertambah 3,2 juta jiwa.
Secara kuantitas jumlah ini sama dengan
jumlah seluruh penduduk Singapura. Kepala BKKBN Sugiri Syarief menunjukkan
bahwa program KB ternyata mengalami stagnasi dengan angka rata-rata seorang
wanita mempunyai anak selama masa subur secara nasional pada 2007 tetap berada
di angka 2,6 dibanding 2003. Jumlah penduduk Indonesia saat ini menduduki nomor
empat terbanyak di dunia setelah China dengan 1,3 miliar jiwa, India dengan 1,2
miliar, dan AS nomor ketiga dengan 315 juta. (Republika, 2 Juni 2009).
Bergesernya pola hidup masyarakat dan
tingginya tuntutan hidup modern yang makin sulit dikejar menyebabkan terjadinya
banyak stressor atau penyebab stress yang menyerang masyarakat metropolis.
Tidak mengherankan bila gangguan kejiwaan pun menjadi salahsatu penyakit tren
masyarakat kota dewasa ini. Indikatornya, jelas terlihat dari banyaknya pasien
non psikosa (bukan kejiwaan) yang dirawat instalasi Ilmu Kedokteran Jiwa
berbagai RSU.
Sebelum berakibat lebih parah,
selayaknya kita bercermin pada berbagai kejadian khusus yang cenderung muncul
di perkotaan. Jakarta, Surabaya, Medan dan kota besar lainnya tidak hanya
tampak indah dengan gedung-gedung pencakar langit dengan arsitektur modern dan
deretan mobil mewah yang berseliweran. Kota-kota ini tidak hanya gagah karena
gemerlapnya lampu-lampu kota yang menghidupkan suasana malam. Namun, di balik
gemerlap semua itu, kota ini juga mempunyai berbagai masalah pelik sebagai kota
besar yang notabene menjadi sasaran kaum urban sebagaimana dialami kota-kota
besar lain di berbagai belahan dunia.
Akumulasi berbagai masalah klasik akibat
peningkatan jumlah penduduk kota yang cepat makin dirasakan dampaknya, mulai
dari kemiskinan, pencemaran, pengangguran, hingga kriminalitas dan sebagainya.
Diperburuk lagi, kini banyak problema lingkungan hidup kota sehingga
pelestarian lingkungan makin berkurang dan perencanaan kota jadi tidak sesuai
dengan kenyataan akibat pengaturan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) baik
kota maupun propinsi yang sering tidak sinkron. Buntut dari rangkaian masalah
itu tidak lain adalah tingkat daya dukung kota terhadap kehidupan warga yang
makin rendah.
Secara umum, pertumbuhan penduduk
kota-kota di dunia cenderung mengalami lonjakan yang sangat fenomenal,
sementara pada saat yang sama, kualitas lingkungan cenderung menurun. Lebih
dari setengah jumlah penduduk di dunia sekarang ini tinggal di perkotaan.
Masalah-masalah perkotaan, seperti kepadatan lalu lintas, pencemaran udara,
perumahan dan pelayanan masyarakat yang kurang layak, kriminal, kekerasan dan
penggunaan obat-obat terlarang menjadi masalah yang harus dihadapi masyarakat
perkotaan. Sangat wajar, apabila kecenderungan tersebut terus-menerus tidak ditangani
maksimal, ibarat bola salju yang makin lama makin membesar, dan akhirnya memicu
runtuhnya kekuatan psikologis masyarakat.
Jika penduduk Surabaya tahun 2010
diasumsikan berjumlah 5 juta jiwa, berarti setiap jiwa hanya disuplai oleh
lingkungan alam lebih kurang seluas 650 meter persegi, padahal dalam suplai
udara bersih, tidak ada ruang lagi untuk mendapatkannya. Penyebabnya adalah
jumlah penggunaan kendaraan bermotor yang makin meningkat sehingga akan
menghasilkan gas polutan bahan-bahan insektisida. Masalah polusi udara di dalam
ruangan adalah yang paling kerap kita hadapi sehari-hari. Menurut laporan EPA
(Environmental Protection Agency) 26.000 jiwa meninggal dalam setiap tahunnya
yang diakibatkan dari polusi udara dalam ruangan. Sementara menurut laporan WHO
sebanyak 12,5 juta jiwa mengalami gangguan kesehatan akibat polusi udara
tersebut.
2.3     
Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat Pendidikan
Suatu wilayah dengan pertambahan
penduduk yang pesat dapat menyebabkan masalah- masalah pendidikan,
pengangguran, kesenjangan sosial dan masalah-masalah lainnya. Dengan jumlah
penduduk yang besar maka fasilitas-fasilitas sosial, pendidikan dan pekerjaan juga
ikut meningkat. Jika penduduk di suatu kota yang padat tidak terpenuhi
fasilitas pendidikannya maka akan menyebabkan penurunan tingkat pendidikan
wilayah tersebut. Tingkat pendidikan yang rendah dapat menyebabkan pengangguran
sehingga dampak pada tingkat perekonomian juga memburuk. Jika masalah ini terus
diabaikan maka kemerosotan negara tidak dapat dihindari. Tingkat pendidikan
yang buruk dapat menyebabkan anak-anak mengalami depresi. Hal ini memicu
terjadinya pekerjaan-pekerjaan yang tidak layak dilakukan oleh anak-anak di
bawah umur. Bahkan dampak lain dari masalah ini bisa menyebabkan tingkat
tindakan kriminal yang dilakukan anak-anak meningkat.
Generasi muda dan anak-anak yang cerdas
adalah kunci kemajuan suatu negara. Jika masa kanak-kanak mereka diisi dengan
hal-hal negatif maka jalan menuju kesuksesan bangsa akan semakin jauh. Penduduk
merupakan pelaku pembangunan. Maka kualitas penduduk yang tinggi akan lebih
menunjang laju pembangunan ekonomi. Usaha yang dapat dilakukan adalah
meningkatkan kualitas penduduk melalui fasilitas pendidikan, perluasan lapangan
pekerjaan dan penundaan usia kawin pertama. Di negara-negara yang anggaran
pendidikannya rendah, biasanya menunjukkan angka kelahiran yang tinggi. Tidak
hanya persediaan dana yang kurang, tetapi komposisi usia secara piramida pada
penduduk yang berkembang dengan cepat juga berakibat bahwa rasio antara guru
yang terlatih dan jumlah anak usia sekolah akan terus berkurang.
Negara Indonesia merupakan negara yang
sedang berkembang sehingga untuk melaksanakan pembangunan dalam segala bidang
belum dapat berjalan dengan cepat, karena kekurangan modal maupun tenaga tenaga
ahli/ terdidik, Akibatnya fasilitas secara kualitatif dalam bidang pendidikan
masih terbatas. Pertambahan penduduk yang cepat, lepas daripada pengaruhnya
terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan, cenderung untuk menghambat
perimbangan pendidikan. Kekurangan fasilitas pendidikan menghambat program
persamaan atau perimbangan antara pedesaan dan kota, dan antara bagian
masyarakat yang kaya dan miskin. Oleh karena itu, masyarakat dalam mencapai
pendidikan yang tinggi masih sedikit sekali. Hal ini disebabkan karena :
a.   
Tingkat kesadaran masyarakat untuk bersekolah rendah.
b.   
Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbang dengan penyediaan sarana
pendidikan.
c.   
Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah sehingga belum dapat
memenuhi Kebutuhan hidup primer, dan untuk biaya sekolah.
Dampak yang ditimbulkan dari rendahnya
tingkat pendidikan terhadap pembangunan adalah:
1.   
Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan tenaga
ahli dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan jumlah
penduduk Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga ahli
yang sangat diperlukan dalam pembangunan.
2.   
Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima
hal-hal yang baru. Hal ini nampak dengan ketidak mampuan masyarakat merawat
hasil pembangunan secara benar, sehingga banyak fasilitas umum yang rusak
karena ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat. Kenyataan seperti
ini apabila terus dibiarkan akan menghambat jalannya pembangunan.
Pengaruh daripada dinamika penduduk
terhadap pendidikan juga dirasakan pada keluarga. Penelitian yang dilakukan
pada beberapa negara dengan latar belakang budaya yang berlainan menunjukkan
bahwa jika digabungkan dengan kemiskinan, keluarga dengan jumlah anak banyak
dan jarak kehamilan yang dekat, menghambat perkembangan berfikir anak-anak,
berbicara dan kemauannya, di samping kesehatan dan perkembangan fisiknya.
Kesulitan orang tua dalam membiayai anak-anak yang banyak, lebih mempersulit
masalah ini. Helen Callaway, seorang ahli antropologi Amerika yang mempelajari
masyarakat buta huruf, menyimpulkan bahwa perkembangan ekonomi dan perluasan pendidikan
dasar telah memperluas jurang pemisah antara pria dan wanita. Hampir di mana –
mana pria diberikan prioritas untuk pendidikan umum dan latihan – latihan
teknis. Mereka adalah orang – orang yang mampu menghadapi tantangan – tantangan
dalam dunia. Sebaliknya pengetahuan dunia di tekan secara tajam pada tingkat
yang terbawah.
Pengaruh daripada dinamika penduduk
terhadap pendidikan juga dirasakan pada keluarga. Penelitian yang dilakukan
pada beberapa negara dengan latar belakang budaya yang berlainan menunjukkan
bahwa jika digabungkan dengan kemiskinan, keluarga dengan jumlah anak banyak
dan jarak kehamilan yang dekat, menghambat perkembangan berfikir anak – anak,
berbicara dan kemauannya, di samping kesehatan dan perkembangan fisiknya.
Kesulitan orang tua dalam membiayai anak – anak yang banyak, lebih mempersulit
masalah ini padahal tingkat pendidikan sangat siperlukan sebagai alat
menyampaikan informasi kepada manusia tentang perlunya perubahan dan untuk
merangsang penerimaan gagasan – gagasan baru.
2.4     
Pertumbuhan Penduduk dan Penyakit yang Berkaitan dengan Lingkungan Hidup
Kemampuan manusia untuk mengubah atau
memoditifikasi kualitas lingkungannya tergantung sekali pada taraf sosial
budayanya. Masyarakat yang masih primitif hanya mampu membuka hutan secukupnya
untuk memberi perlindungan pada masyarakat. Sebaliknya, masyarakat yang sudah
maju sosial budayanya dapat mengubah lingkungan hidup sampai taraf yang
irreversible. Perilaku masyarakat ini menentukan gaya hidup tersendiri yang
akan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan yang diinginkannya mengakibatkan
timbulnya penyakit juga sesuai dengan prilakunya tadi. Dengan demikian eratlah
hubungan antara kesehatan dengan sumber daya social ekonomi. WHO menyatakan
“Kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental dan sosial
serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit”.Dalam Undang Undang No. 9
Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan. Dalam Bab 1,Pasal 2 dinyatakan bahwa
“Kesehatan adalah meliputi kesehatan badan (somatik),rohani (jiwa) dan sosial
dan bukan hanya deadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan”.
Definisi ini memberi arti yang sangat luas pada kata kesehatan.
Keadaan kesehatan lingkungan di
Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapaat perhatian, karena
menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti: Peledakan penduduk,
penyediaan air bersih, pengolalaan sampah,pembuangan air limbah penggunaan
pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan kesehatan, ketersediaan
obat, populasi udara, abrasi pantai,penggundulan hutan dan banyak lagi
permasalahan yang dapat menimbulkan satu model penyakit. Jumlah penduduk yang
sangat besar 19.000 juta harus benar-benar ditangani masalah.pemukiman sangat
penting diperhatikan. Pada saat ini pembangunan di sektor perumahan sangat
berkembang, karena kebutuhan yang utama bagi masyarakat. Perumahan juga harus
memenuhi syarat bagi kesehatan baik ditinjau dari segi bangungan, drainase,
pengadaan air bersih, pentagonal sampah domestik uang dapat menimbulkan penyakit
infeksi dan ventilasi untuk pembangunan asap dapur.
Indonesia saat ini mengalami transisi
dapat terlihat dari perombakan struktur ekonomi menuju ekonomi industri,
pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi yang meningkatkan jumlahnya, maka
berubahlah beberapa indikator kesehatan seperti penurunan angka kematian ibu,
meningkatnya angka harapan hidup ( 63 tahun ) dan status gizi. Jumlah penduduk
terus bertambah, cara bercocok tanam tradisional tidak lagi dapat memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat. Pertumbuhan Penduduk yang tidak merata tersebut
sangat berpengaruh dengan lingkungan, penduduk yang tinggal dipemukiman yang
sembarangan akan mengakibatkan lingkungan yang tidak bersih. Lingkungan yang
tidak dijaga akan mengakibatkan penyakit yang dapat mengacam kesehatan manusia,
misalnya penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan adalah Malaria, Muntaber,
Penyakit Kulit, Tifus, dll. Seperti banjir, polusi air, dan polusi udara adalah
faktor yang mengakibatkan terjadinya penyakit, jika lama kelamaan manusia tidak
memperhatikan lingkunganya maka sangat besar peluang penyakit menyebar, dalam
hal ini kesadaran manusia sangat dibutuhkan, kita diharapkan perlu adanya
sosialisasi kepada penduduk tentang pemukiman yang sehat dan adanya jaminan
kesehatan bagi masyarakat luas dari pemerintah dan pemerintah haruslah
meningkatkan pendidikan kesehatan bagi masyarakat, dan yang paling penting
diperhatikan pemeintah adalah pelayanan kesehatan masyarakat yaitu dengan
menciptakan klinik disetiap pemukiman penduduk.
2.5     
Pertumbuhan Penduduk dan Kelaparan
Kekurangan gizi dan angka kematian anak
meningkat di sejumlah kawasan yang paling buruk di Asia dan Pasifik kendati ada
usaha internasional untuk menurunkan keadaan itu, kata sebuah laporan badan
kesehatan PBB hari Senin. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa
sasaran kesehatan yang ditetapkan berdasarkan delapan Tujuan Pembangunan
Milenium PBB tahun 2000 tidak akan tercapai pada tahun 2015 berdasarkan
kecnderungan sekarang. “Sejauh ini bukti menunjukkan bahwa kendati ada beberapa
kemajuan, di banyak negara, khususnya yang paling miskin, tetap ketinggalan
dalam kesehatan,” kata Dirjen WHO Lee Jong Wook dalam laporan itu. Kendati
tujuan pertama mengurangi kelaparan, situasinya bahkan memburuk sementara
negara-negara miskin berjuang mengatatasi masalah pasokan pangan yang kronis,
kata data laporan itu.
Antara tahun 1990 dan 2002– data yang
paling akhir– jumlah orang yang kekurangan makanan meningkat 34 juta di
indonesia dan 15 juta di Surabaya dan 47 juta orang di Asia timur, kata laporan
tersebut. Proporsi anak berusia lima tahun ke bawah yang berat badannya terlalu
ringan di Surabaya, tenggara dan timur meningkat enam sampai sembilan persen
antara tahun 1990 dan 2003, sementara hampir tidak berubah (32 persen). Lebih
dari separuh anak-anak di Asia selatan kekurangan gizi, sementara rata-rata di
negara-negara berkembang tahun 2003 tetap sepertiga. “Meningkatnya pertambahan
penduduk dan produktivitas pertanian yang rendah merupakan alasan utama
kekurangan pangan di kawasan-kawasan ini,” kata laporan itu. Kelaparan
cenderung terpusat di daerah-daerah pedesaan di kalangan penduduk yang tidak
memilki tanah atau para petani yang memiliki kapling yang sempit untuk
memenunhi kebutuhan hidup mereka,” tambah dia.
Tidak ada satupun negara-negara miskin
dapat memenuhi tantangan mengurangi tingkat kematian anak. Kematian bayi
meningkat tajam di Surabaya antara tahun 1999 dan 2003, yang menurut data
terakhir yang diperoleh, dari 90 sampai 126 anak per 1.000 kelahiran hidup.
Juga terjadi peningkatan tajam dari 38 menjadi 87 per 1.000 kelahiran hidup.
“Untuk sebagian besar negara kemajuan dalam mengurangi kematian anak juga akan
berjalan lambat karena usaha-usaha mengurangi kekurangan gizi dan mengatasi
diare, radang paru-paru, penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin dan malaria
tidak memadai,” kata laporan itu. Berdasarkan kecenderungan sekarang, WHO
memperkirakan pengurangan dalam angka kematian dikalangan anak berusia dibawah
lima tahun antara tahun 1990 dan 2015 akan menjadi sekitar seperempat, kurang
dari dua pertiga dari yang diusahakan.
Tingkat kematian ibu diperkirakan akan
menurun hanya di negara-negara yang telah memiliki tingkat kematian paling
rendah sementara sejumlah negara yang mengalami angka terburuk bahkan
sebaliknya. Tingginya laju pertumbuhan penduduk dan angka kelahiran di
Indonesia, diperparah dengan pola penyebaran penduduk yang tidak merata. “Jika
semua itu, tidak segera dikendalikan, maka hal itu akan jadi beban buat kita
semua. Karena itu, baik pria maupun wanita harus memaksimalkan program KB.
Untuk mengurangi jumlah penduduk lapar tersebut, maka menurut Diouf diperlukan
peningkatan produksi dua kali lipat dari sekarang pada tahun 2050. Peningkatan
produksi ini khususnya perlu terjadi di negara berkembang, di mana terdapat
mayoritas penduduk miskin dan lapar. Jumlah penduduk dunia yang mengalami
kelaparan meningkat sekitar 50 juta jiwa selama tahun 2007 akibat dari kenaikan
harga pangan dan krisis energi.
2.6     
Kemiskinan dan Keterbelakangan
Salah satu wabah penyakit yang melanda
negara-negara yang sedang berkembang ialah kemiskinan dan keterbelakangan.
Kemiskinan dan keterbelakangan adalah suatu penyakit, karena dalam kenyataannya
dua hal itu melemahkan fisik dan mental manusia yang tentunya juga berdampak
negative terhadap lingkungan. Kemiskinan dan keterbelakangan begitu erat
kaitannya satu sama lain sehingga dapat dianggap sebagai satu pengertian, maka
digunakan satu istilah saja, yaitu kemiskinan di mana sudah terkait pengertian
keterbelakangan.
Dampak kemiskinan terhadap orang-orang
miskin sendiri dan terhadap lingkungannya, baik lingkungan social maupun
lingkungan alam, dengan sendirinya sudah jelas negative. Orang miskin tidak
mampu memenuhi kebutuhan gizi minimal bagi dirinya sendiri maupun bagi
keluarganya. Dampak kemiskinan terhadap lingkungan social tampakmengalirnya
penduduk ke kota-kota tanpa bekal pengetahuan apalagi bekal materi. Akibatnya
antara lain ialah banyaknya tukang becak, pemungut punting, gelandangan,
pengemis, dan sebagainnya yang menghuni kampung-kampung liar dan jorok di
gubuk-gubuk reot yang tidak pantas didiami manusia. Sebab-sebab kemiskinan yang
pokok bersumber dari empat hal, yaitu mentalitas si miskin itu sendiri,
minimnya ketrampilan yang dimilikinya, ketidakmampuannya untuk memanfaatkan
kesempatan-kesempatan yang disediakan, dan peningkatan jumlah penduduk yang
relatif berlebihan.
Kemiskinan dan keterbelakangan merupakan
masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara.
Pemahaman utamanya mencakup:
a. 
Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan
sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti
ini dipsdfgeggahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan
dasar.
b. Gambaran tentang kebutuhan sosial,
termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi.
Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
c. 
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna
"memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik
dan ekonomi di seluruh dunia.
Kartasasmita mengatakan bahwa kemiskinan
merupakan masalah dalam pembangunan yang ditandai dengan pengangguran dan
keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Masyarakat miskin
pada umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada
kegiatan ekonomi sehingga tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang
mempunyai potensi lebih tinggi. Hal tersebut senada dengan yang dikatakan
Friedmann yang mengatakan bahwa kemiskinan sebagai akibat dari ketidak-samaan
kesempatan untuk mengakumulasi basis kekuatan sosial. Namun menurut Brendley,
kemiskinan adalah ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang-barang dan
pelayanan-pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas.
Hal ini diperkuat oleh Salim yang mengatakan bahwa kemiskinan biasanya
dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memperoleh kebutuhan hidup yang
pokok. Sedangkan Lavitan mendefinisikan kemiskinan sebagai kekurangan
barang-barang dan pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup
yang layak.
BAB III
PENUTUP
3.1     
Kesimpulan
Negara Indonesia merupakan negara yang
besar dan beraneka ragam etnis serta budaya.Kemajuan negara sesungguhnya
tergantung kepada tingkat pendidikan di Negara tersebut, kualitas serta mutu
pendidikan yang tingi dapat menjadi jaminan untuk kemajuan dan kesejahteraan
negara. Di tengah pertambahan jumlah penduduk yang semakin tidak terkontrol
membuat peningkatan kualitas di dunia pendidikan merupakan pilihan yang harus
dikedepankan. Perombakan sistem ketransmigrasian juga akan mendukung pemerataan
penduduk. Jadi, peningkatan kualitas Pendidikan dan keefektifan pola
transmigrasi dapat memperbaiki kuterpurukan dalam mengurus kepadatan penduduk
yang semakin hari kian membludak.Oleh karena pertumbuhan penduduk
dipengaruhi  Tingkat pendidikan, Penyakit
yang Berkaitan dengan Lingkungan Hidup, Kelaparan, Kemiskinan dan
Keterbelakangan. Maka kita harus bisa memperbaiki semua masalah itu,dan mulai
mencari jalan keluar yang terbaik agar semua permasalahan dinegara kita bia
terselesaikan.Dan masyarakatnya pun bisa hidup dengan sejahtera, karena tidak
dipungkiri bahwa Indonesia merupakan Negara yang kaya akan Sumber Daya Alam.
Jadi tidak masuk akal kalau masyarakatnya kebanyakan hidup dibawah garis
kemiskinan.
3.2     
Saran
Saran yang dapat penulis berikan
khususnya kepada pemerintah Indonesia sebagai para penentu kebijakan ialah agar
dengan serius melihat perkembangan penduduk di Indonesia yang tergolong besar
sebagai salah satu masalah penting yang sangat mempengaruhi stabilitas negara,
contohnya pada ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan yang cukup tentu akan
membantu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Daftar Pustaka
http://alfanissa.blogspot.co.id/2014/04/tingkat-pertumbuhan-penduduk-yang.html
http://kandiwa.blogspot.co.id/2010/10/perkembangan-penduduk-di-negara.html
https://tieraalta.wordpress.com/2013/05/24/laju-pertumbuhan-penduduk/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar